Jakarta ialah ibu kota serta kota paling besar Indonesia. Terdapat di estuari Sungai Ciliwung, dibagian barat laut Jawa, wilayah ini sudah lama menyokong pemukiman manusia. Bukti bersejarah dari Jakarta datang dari era ke-4 M, waktu dia sesuatu permukiman serta pelabuhan Hindu. Kota ini sudah diklaim dengan berurutan oleh kerajaan bercorak India Tarumanegara, Kerajaan Sunda Hindu, Kesultanan Banten Muslim, serta oleh pemerintahan Belanda, Jepang, serta Indonesia.[1] Hindia Belanda membuat wilayah itu sebelum diambil oleh Kekaisaran Jepang sewaktu Perang Dunia II serta pada akhirnya jadi merdeka jadi sisi dari Indonesia.

Jakarta Malam

Jakarta sudah diketahui dengan beberapa nama. Dia disebutkan Sunda Kelapa sepanjang periode Kerajaan Sunda serta Jayakarta, Djajakarta, atau Jacatra sepanjang periode singkat Kesultanan Banten. Kemudian, Jakarta berkembang dalam tiga step. “Kota Tua Jakarta”, yang dekat sama laut di utara, berkembang di antara 1619 serta 1799 pada masa VOC. “Kota baru” di selatan berkembang di antara 1809 serta 1942 sesudah pemerintah Belanda menggantikan perebutan Batavia dari VOC yang tidak berhasil yang sewanya sudah selesai pada 1799. Yang ke-3 ialah perubahan Jakarta kekinian semenjak proklamasi kemerdekaan pada 1945. Dibawah pemerintahan Belanda, dia diketahui jadi Batavia (1619–1949), serta Djakarta (dalam bahasa Belanda) atau Jakarta, sepanjang pendudukan Jepang serta waktu kekinian.[2][3]

Wilayah pesisir serta pelabuhan Jakarta di utara Jawa Barat sudah jadi tempat permukiman manusia semenjak kebudayaan Buni era ke-4 SM. Catatan riwayat paling dahulu yang diketemukan di Jakarta ialah Prasasti Tugu, yang diketemukan di Kecamatan Tugu, Jakarta Utara. Dia adalah satu diantara prasasti paling tua dalam Riwayat Indonesia. Wilayah itu ialah sisi dari kerajaan bercorak India Tarumanegara.

READ  Bukit Kosakora Jogja

Pada tahun 397 M, Raja Purnawarman membangun Sunda Pura, yang terdapat di pantai utara Jawa Barat, jadi ibu kota baru kerajaan.[4] Ibu kota kerajaan Tarumanagara itu kemungkinan terdapat di satu tempat di antara Kecamatan Tugu, Jakarta Utara serta Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Purnawarman tinggalkan tujuh batu peringatan di semua wilayah itu, terhitung Propinsi Banten serta Jawa Barat sekarang, yang terbagi dalam prasasti yang berisi namanya.[5]