Selesai menginap di Desa Manurara, satu desa yang berjarak 20 km dari pusat kota Waikabubak, pada Minggu (5/6/2016), Beritagar.id berserta team Equatorrad MotoAdventure, pada Senin pagi (6/6) bergerak ke arah air terjun Matayangu. Air terjun ini terdapat di pelosok rimba lindung di salah satunya lokasi Sumba Barat.
Dengan didampingi Dominggus Hangawu Walei (39) — akrab di panggil Bapa Dom — salah satunya tetua di Desa Manurara,, kami bermotor melewati jalan curam pedesaan serta padang ilalang sejauh 6 km sebelum sampai di bibir rimba. Lalu kami berjalan kaki masuk rimba ke arah air terjun yang berjarak 2 km lebih yang curam serta lembap. Selama perjalanan terdapat beberapa pacet serta serangga-serangga rimba yang lain.Rimba yang kami masuki ada dalam lokasi lokasi Taman Nasional Manupeu Tanadaru yang didominasi pohon Wulumanu, Manera, Aikaka, Delu, Qiru, Kapulut, serta Aiwai.
Artikel Terkait : http://mitraseo.hol.es/wisata/air-terjun-matayangu/
Telinga kami nikmati kicauan burung endemik Pulau Sumba, seperti Julang sumba, Nuri pipi merah, Jalak sumba, Betet kelapa, Rawamano, Sikatan sumba, Pipasan, serta Kakatua-kecil jambul-kuning. Meniti perjalanan seputar satu jam, pada akhirnya kami datang di kaki air terjun Matayangu yang mempunyai ketinggian 100 mtr.. Air terjun ini diakui masyarakat ditempat menjadi tempat persinggahan arwah sebelum sampai tempat yang tambah tinggi. Matayangu disimpulkan masyarakat ditempat menjadi ‘persinggahan sementara’. Air terjun Matayangu mempunyai 5 undakan sebelum pada akhirnya membuat aliran air ke arah sungai Matayangu.